Indramayu, – Siapa yang tak kenal dengan tokoh supranatural asal Jawa Timur ini. Penampilannya yang unik dengan rambut gimbalnya lengkap dengan aksesoris cincin batu akik di jemari tangannya selalu menjadi pusat perhatian publik.
Walaupun wajahnya terlihat agak serem, tapi sebenarnya Mbah Gimbal adalah sosok pribadi yang terbuka dan hambel pada semua orang. Pria yang lahir di Desa Siderejo Glongsor, Kecamatan Jabung Kabupaten Malang punya nama lengkap Eko Tugas Kusno Setio, putra dari seorang tentara.
Mbah Gimbal bersama istri dan anaknya hadir sebagai tamu undangan pada acara Perayaan 1 Syuro 1446 H, bertepatan pada hari Ahad, 7 Juli 2024 M di Pesantren Al-Zaytun yang mengusung tema “Remontada From Within, Kebangkitan Dari Dalam Menuju Indonesia Gemilang”. Acara berlangsung dengan penuh kebahagiaan dan hikmad di Masjid Rahmatan lil’alamin.
Selain Mbah Gimbal ada juga tokoh militer Indonesia Mayor Jenderal (Purn) TNI Kivlan Zen S.I.P, M,Si dan Robin Simanulang Wartawan senior, serta para wali santri juga warga sekitar yang turut hadir dalam perhelatan akbar acara tahunan tersebut. Menariknya rutinitas tahunan acara Perayaan 1 Syuro 1446 H di Pesantren Al-Zaytun juga kerap dihadiri tamu undangan tokoh-tokoh lintas agama sebagaimana perayaan tahun baru Hijriyah sebelumnya.
Ini bermakna bahwa di Pesantren Al-Zaytun budaya toleransi antar umat beragama sudah terjadi dengan baik. Sangat relevan dengan motto Pesantren Al-Zaytun sebagai “Pusat Pendidikan dan Budaya Toleransi serta Pengembangan Budaya Perdamaian”
Dalam pers conference dengan berbagai media di Hotel Al-Islah Al-Zaytun beliau menyatakan “Di Al-Zaytun hari ini terlihat yang hadir bermacam-macam kostum, bermacam-macam agama. Ini menunjukkan Al-Zaytun tertap eksis dalam toleransi. Artinya Al-Zaytun tidak akan tenggelam, jadi kita bisa melihat ada pertemuan yang penuh dengan kekeluargaan, yang terbukti bisa menjadi jembatan toleransi yang nyata”.
“Saya berharap Syaikh Panji Gumilang tetap sehat selalu, mudah-mudaha bisa ketemu kembali dengan saya. Ini adalah kehadiran yang ketiga kalinya di Al-Zaytun. Selama kita mampu berbuat baik, lakukan dan jangan ditunda. Jangan merasa hebat, jangan merasa kuat. Hebat itu ketika kita bermanfaat untuk banyak orang.”
“Salam hormat, salam budaya, salam seduluran untuk semuanya. Merdeka lur, rahayu, rahayu. Pungkasnya dengan penuh semangat.
*Imam Setiadi*