Di tengah panas matahari yang menyinari hamparan hijau sawah, tangan-tangan penuh semangat memotong padi yang menguning—simbol keberkahan dari tanah wakaf yang dikelola dengan cinta dan visi besar.
Di antara mereka, tampak sosok yang bersahaja namun penuh wibawa, dialah Aswar Wahab, seorang pengusaha yang tak hanya berpikir tentang keuntungan dunia, tetapi juga investasi akhirat.
Hari itu, di lahan wakaf Cilebar Karawang Jawa Barat, akhir Bulan Juni 2025 Aswar Wahab memimpin panen raya di lahan wakaf produktif Yayasan Rindang Indonesia—sebuah inisiatif luar biasa yang menyatukan visi ketahanan pangan, kemandirian ekonomi, dan kepedulian terhadap masa depan generasi yatim dan dhuafa.
Di hadapan para petani, relawan, dan anak-anak yatim yang hadir, ia menyampaikan pesan kuat tentang pentingnya membangun kemandirian umat melalui pertanian berkelanjutan yang bermanfaat luas.
“Ketahanan pangan bukan sekadar bicara soal beras, tapi soal martabat. Dan wakaf produktif ini adalah ladang amal yang menumbuhkan harapan dan masa depan bagi anak-anak yatim Indonesia,” ujar Aswar Wahab, seraya memandang hamparan sawah yang menguning yang siap dipanen.
Lebih dari sekadar pengusaha, Aswar Wahab juga dikenal sebagai sosok yang menjadikan harta dan waktunya sebagai wasilah untuk kebaikan. Ia adalah pendiri Masjid Al Wahab, rumah ibadah yang tak hanya digunakan untuk salat, tapi juga pusat pemberdayaan sosial, pendidikan dan kebudayaan.
Bersama keluarga besarnya yang sangat mendukung kegiatan kemanusiaan, Aswar terus aktif mendukung program-program Yayasan Rindang Indonesia dalam memberdayakan yatim dan dhuafa—dari pendidikan, pelatihan keterampilan, hingga penguatan ekonomi berbasis wakaf produktif pertanian.
Dalam kesederhanaannya, beliau menjadi teladan nyata bahwa kesuksesan sejati bukanlah tentang seberapa banyak yang kita miliki, tapi seberapa besar manfaat yang kita berikan.
Di lahan wakaf itu, padi yang tumbuh bukan sekadar sumber makanan, tapi lambang cinta, kepedulian, dan harapan yang ditanam untuk masa depan bangsa.
Bagi anak-anak yatim itu, Aswar Wahab bukan hanya sekadar donatur. Ia adalah “Bapak Panutan” yang mengajarkan mereka bahwa dunia ini luas untuk dijelajahi, dan akhirat terlalu mulia untuk dilupakan. Ia percaya, generasi yatim adalah aset, bukan beban. Mereka bukan hanya perlu disantuni, tapi diberdayakan agar kelak menjadi pemimpin yang kuat, cerdas, dan berakhlak.
Dari sawah hingga masjid, dari lahan wakaf hingga pelukan hangat untuk anak-anak yang tak lagi punya orang tua—Aswar Wahab menenun kebaikan dalam setiap langkahnya. Karena baginya, hidup yang baik adalah hidup yang memberi arti. Dan warisan terbaik bukanlah kemewahan, tapi jejak kebaikan yang terus tumbuh dari setiap benih yang ia tanam, di dunia maupun di akhirat.