Yogyakarta – Direktorat Bela Negara Kementerian Pertahanan RI bersama Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta (UPNVY) menggelar Sosialisasi dan Diseminasi Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN) di Auditorium W.R. Supratman, Senin (11/8/2025).
Kegiatan yang diikuti sekitar 6.000 mahasiswa S1 dan pascasarjana ini menghadirkan dua narasumber, yakni Staf Khusus Menteri Pertahanan RI, Letkol TNI Tituler Deodatus Andreas Dedy Cahyadi Sundjoyo atau Dedy Corbuzier, dan Direktur Bela Negara Kementerian Pertahanan RI, Brigjen TNI G. Eko Sunarto, S.Pd., M.Si.
Rektor UPNVY dalam sambutannya menegaskan bahwa pemahaman bela negara bagi generasi muda menjadi bekal penting untuk menghadapi tantangan zaman, terlebih di tengah derasnya arus informasi dan perubahan global.
Dalam paparannya, Dedy Corbuzier mengungkapkan bahwa ancaman terhadap bangsa kini tidak lagi sebatas serangan fisik.
“Ancaman yang lebih berbahaya datang melalui hoaks, adu domba, framing opini, dan pembodohan massal. Salah satunya lewat tayangan sinetron azab di televisi yang menanamkan logika tidak sehat,” ujarnya.
Ia menambahkan, media sosial kerap dimanfaatkan untuk propaganda dan perang opini yang dapat memecah belah bangsa.
“Kita dicuci otak lewat filter AI, tanpa sadar membuat mental kita lemah. Karena itu, bela logika jadi modal penting untuk bela negara,” tegasnya.
Sementara itu, Brigjen TNI G. Eko Sunarto menegaskan bahwa bela negara bukan hanya pengabdian fisik, tetapi juga kontribusi strategis dalam penguasaan teknologi, inovasi pertahanan, dan pengembangan kapasitas diri untuk menghadapi tantangan bangsa yang semakin kompleks.
“Indonesia ada karena pendahulu kita memiliki hati nurani bela negara di dada. Semangat ini harus ditularkan kepada sesama. Di era digitalisasi, mahasiswa harus menjadi motor penggerak kemandirian bangsa dengan kreativitas, riset dan penguasaan teknologi yang selaras dengan semangat bela negara,” ujarnya.
Menurutnya, aksi nyata bela negara di kalangan mahasiswa dapat diwujudkan melalui pengembangan teknologi pertahanan siber, inovasi kecerdasan buatan, hingga keterlibatan aktif dalam program riset strategis yang memperkuat posisi Indonesia di kancah global.
“Garis antara perang dan damai semakin tipis. Kualitas SDM menjadi penentu dan bela negara harus tertanam kuat di hati dan sanubari,” tambahnya.
Ia menekankan, sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan komunitas akademisi menjadi pilar utama membangun ekosistem pertahanan yang tangguh. Perguruan tinggi diharapkan menjadi inkubator ide dan pusat riset teknologi yang berorientasi pada kepentingan strategis bangsa, sementara para akademisi berperan membimbing pengembangan ilmu pengetahuan agar sejalan dengan nilai bela negara.
Tampak hadir jajaran Direktorat Bela Negara antara lain Kasubdit Lingdik Direktorat Bela Negara Kolonel Infanteri Adang Suherlan, Letkol CBA Dike Kusuma, Letkol Cku Erwin, PNS Yamin, PNS Ayu, serta Pelda Hanafi. Kehadiran mereka menjadi bentuk dukungan penuh terhadap pembinaan kesadaran bela negara di lingkungan kampus. (TJ)