Kontribusi Kita pada Emisi Kata

Rabu, 1 Oktober 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hingar bingar dan hiruk pikuk media sosial sudah menjadi “makanan” kita sehari-hari. Algoritme berkualitas menaikkan kuantitas penggunaan platform-platform itu, meskipun demikian tidaklah tepat untuk “menyalahkan” algoritme sepenuhnya. Sebuah artikel yang ditulis Charles Brooke, seorang kolumnis untuk Guardian.com, pada 2013 melekat dalam benak saya selama ini. Ia menulis tentang keputusannya untuk beristirahat sejenak dari penggunaan Internet karena Ia tidak mau berkontribusi pada “Emisi Kata”. Brooke melihat reaksi manusia yang cepat tanggap dan tanpa pikir panjang terhadap topik-topik terkini sebagai sebuah fenomena Emisi Kata, contohnya: “jika peramal cuaca memberikan informasi yang salah pada acara BBC jam 8.45 pagi, siangnya dapat kita temukan 86 kolom penuh amarah, 95 blog putus asa, setengah juta kicauan masam, dan sebuah meme lucu hasil Photoshop.” Kata ‘emisi’ itu sendiri yang artinya ‘hasil pembuangan’ menyiratkan kehampaan makna dari reaksi-reaksi tersebut. Emisi yang berlebihan menghasilkan limbah, jadi dalam hal ini Emisi Kata dapat berujung pada polusi informasi. Pertanyaannya, apakah kita berkontribusi pada Emisi Kata?

Media baru tidak lagi memiliki saringan timbang ukur yang dimiliki oleh media traditional. Kesempatan untuk memproduksi, mendistribusi, dan mengonsumsi konten digital secara bebas menciptakan publik yang produktif (Artieri, 2012). Meskipun 12 tahun sudah berlalu sejak pengalaman Brooke menjedakan diri dari Internet, saat ini manusia masih berperilaku serupa dengan contoh yang Ia paparkan, hanya saja dengan mode yang berbeda. Pada dasarnya, kebutuhan manusia untuk berkomunikasi akan selalu diwadahi oleh perkembangan teknologi. Ironisnya, tulisan ini juga dapat termasuk sebagai wujud emisi jika kontribusi kata-kata saya hanya dirasa pembaca sebagai luapan sesaat dan tanpa arah. Kembali ke pertanyaan sebelumnya, dengan menggunakan konsep Emisi, manusia dianggap seperti “membuang” kata-kata dan bukan “menghasilkan”. Dengan demikian, Pekerjaan Rumah kita adalah untuk mengubah Emisi (emission) menjadi Komisi (commission), sebuah intensi yang lebih terarah sehingga kontribusi kita dalam berkata-kata adalah wujud komunikasi dari manusia yang produktif and kreatif.

Press release ini juga sudah tayang di VRITIMES

Berita Terkait

EVOS Fams, Buat Kamu yang Pertama Kali Login di EVOS TOP UP: Dapat 3% Cashback
Peris.ai Cybersecurity Raih Penghargaan ASEAN Award & Masuk 100 Startup Global EWC 2025
EVOS Lolos ke Playoff MPL Season 16! Rayakan dengan WDP Cuma Rp27.777 di EVOS Top Up
Rayakan Pernikahan Akhir Tahun Tanpa Khawatir Dana Bersama BRI Flash
Ekspansi Berkelanjutan KAI Logistik: 277 Titik KALOG Express Dukung Peningkatan Akses dan Lapangan Kerja
Join PetroSync ASME Training and Set the Benchmark for Excellence
Bittime Pay Day Gain Day, Ajak Generasi Muda Melek Investasi
Tingkatkan Kompetensi dan Profesionalisme, KAI Daop 8 Surabaya Gelar Diklat Dasar Kehumasan

Berita Terkait

Selasa, 4 November 2025 - 13:38

EVOS Fams, Buat Kamu yang Pertama Kali Login di EVOS TOP UP: Dapat 3% Cashback

Selasa, 4 November 2025 - 13:04

Peris.ai Cybersecurity Raih Penghargaan ASEAN Award & Masuk 100 Startup Global EWC 2025

Selasa, 4 November 2025 - 06:49

EVOS Lolos ke Playoff MPL Season 16! Rayakan dengan WDP Cuma Rp27.777 di EVOS Top Up

Senin, 3 November 2025 - 18:10

Rayakan Pernikahan Akhir Tahun Tanpa Khawatir Dana Bersama BRI Flash

Senin, 3 November 2025 - 17:48

Ekspansi Berkelanjutan KAI Logistik: 277 Titik KALOG Express Dukung Peningkatan Akses dan Lapangan Kerja

Berita Terbaru