Putra Gara salah satu tokoh seni Indonesia yang dikenal luas sebagai penulis novel best sellers sekaligus sebagai pelukis (seniman visual). Kali ini ia merilis karya lukisannya di Pameran Lukisan Tunggal ll bertema ‘Warna Rupa Putra Gara’ yang digelar di Galeri Darmin Kopi, yang berlokasi di Jalan Duren Tiga Raya 7E, Jakarta Selatan, Sabtu (08/11/2025).
Acara pembukaan pameran secara simbolik dibuka langsung Neno Warisman selaku tim Ahli dari Kementerian Kebudayaan RI. Acara tersebut juga dihadiri para seniman dan awak media.
“Dari Kementerian Kebudayaan RI berharap agar Pameran Lukisan Tunggal Putra Gara ini bisa terus jadi pemantik kegiatan produktif yang ada di Galeri Darmin kopi. Karena selain pameran, ada rangkaian acara diskusi sastra dan juga film selama pameran berlangsung,” papar Neno Warisman.
Menurutya, inilah yang sedang digalakkan oleh Menteri Kebudayaan, agar semua ruang bisa dimanfaatkan untuk giat produktif seni budaya.
Dalam pembukaan Neno mengaku baru pertama kali membuka pameran lukisan. Tetapi ia sangat mengapresiasi kegiatan pameran lukisan Putra Gara yang berlangsung dari 8-20 November 2025.
Saya sangat mendukung ruang seni budaya bergerak disemua lini. Tidak harus digedung-gedung kesenian atau sentral kesenian seperti TIM atau balai budaya. Galeri Darmin Kopi ini bisa dijadikan oase giat seni budaya wilayah Selatan Jakarta,” kata Neno dalam sambutan.
Acara pembukaan yang dimulai sejak pukul 19.00 diselingi pembacaan puisi oleh penyair Shantined, juga testimoni perjalanan berkesenian Putra Gara oleh Ketua Umum Persaudaraan Jurnalis Muslim (PJMI) Ismail Lutan.
Putra Gara yang saat ini menjabat Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Bogor (DKKB), merupakan aset di bidang seni budaya indonesia. Sebelum terjun di bidang seni lukis, ia merupakan novelis best sellers. Salah satu karya novelnya yang masterpiece berjudul ‘Samudra Pasai, Cinta dan Penghianatan’. Baginya bidang seni didalam dirinya ibarat oksigen.
“Saya selalu mengimplentasikan semua bidang seni dalam kehidupan di dunia ini. Tentunya dengan konsep kejujuran yang mengalir di setiap diri para seniman. Seni itu ibarat oksigen yang saya hirup,” terang Putra Gara kelahiran Takengon 2 Februari 1976 itu.
Karir dan eksistensi Putra Gara dimulai sejak ia duduk di bangku sekolahan SMP hingga kuliah di Kampus Tercinta (Sekolah Tinggi Publisistik / Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) Jakarta. Saat ia menjadi penulis freelance di beberapa media cetak. Diantaranya, Jayakarta, Sinar Pagi, Pelita, Swadhesi, Kawanku, Gadis, Aneka Yess, dan Anita Cemerlang.
Dalam acara pembukaan pameran lukisan tersebut, suasana keakraban yang dihadiri oleh para seniman rupa dan para wartawan media itu menjadi titik awal dari ruang giat Galeri Darmin Kopi sebagai wadah apresiasi dan edukasi seni budaya kedepan.
“Saya ucapkan selamat untuk pameran lukisan tunggal ll karya Putra Gara, sekaligus mendukung Galeri Darmin Kopi menjadi wadah apresiasi seni budaya yang ada,” tutup Neno kepada para awak media.
